Tak terbayang.. jika saya belum membasuh luka masa lalu

Percakapan ini..
mengingatkan kalau dulu (sebelum menikah) saya sering ngambek.


Tak terbayang.. jika saya belum membasuh luka masa lalu..
mungkin pernikahan kami sering berkonflik, karena didominasi ngambeknya saya.
Bahkan.. berpengaruh besar ke pengasuhan anak. Karena hal kecil yang anak kami lakukan (yang sebenarnya adalah bagian dari perkembangannya) dapat membuat saya marah besar (bentuk lain dari ngambek).

Dulu.. saya sering ngambek.
Penyebabnya? Seringnya hal yang tidak masuk akal.
Pikiran saya yang mengira ia sedang tidak suka pada saya, meremehkan saya, dst.
Padahal.... sama sekali ia tidak berpikir seperti itu.

Misalnya saja..
saat ia mau pergi dengan temannya, saya langsung mengira itu karena ia tidak suka pergi dengan saya. Padahal ia sudah menghabiskan banyak waktu dengan saya, dibanding dengan teman-temannya.
Saat ia sedang mengutarakan pendapat yang berbeda dengan nada netral, saya langsung mengira ia meremehkan pikiran saya.
Saat saya tidak suka ia melakukan sesuatu, dan ia melakukan hal sebaliknya, saya juga tetap saja tidak suka.
Semua yang ia lakukan terasa salah di mata saya. Ujung-ujungnya ngambek.


Ketika kami akan menikah..
saya merasa pernikahan kami tidak akan berjalan dengan baik jika saya masih seperti ini.
Konflik terjadi karena hal yang tidak seharusnya.
Yang nantinya.. tidak hanya membuat sengsara pernikahan kami berdua. Namun anak kami kelak.
Sehingga.. saya merasa genting untuk mencari tahu ada apa dengan saya.

Saya merunut & berefleksi.. ketika saya akan ngambek padanya.
Sebenarnya saya ngambek padanya.. atau pada diri saya sendiri?
Apakah itu hal yang patut di'ngambek'in atau tidak?
Ketika saya ngambek.. sebenarnya saya kesal karena apa? Karena merasa diremehkan, direndahkan, tidak didengarkan, atau apa? Dan itu akarnya apa?

Dan jawabannya.. bukan di dia.
Bukan di luar diri saya. Namun di diri saya sendiri.
Membuat apa pun yang orang lain lakukan salah di mata saya. Terutama dirinya (karena
pasangan memang memicu luka masa lalu).

Saat saya akan ngambek.. saya akan diam dulu. Merenung. Merefleksi. Agar tidak salah berperilaku & berkata padanya.
Dan membuat saya mampu menggali akar permasalahannya.
Merunut & memaafkan apa yang ada di masa lalu.
Membuat makin lama makin berkurang intensinya tertrigger untuk 'ngambek'.
Bukan hal yang mudah. Sampai sekarang pun masih terus berlatih.

Dan sekarang 'ngambek'nya sudah jauh berkurang.
Tidak (atau minim sekali) berpengaruh pada pengasuhan anak kami.
Bahkan kalau sedang jalan, kami bisa menertawakan & menunjuk berapa banyak tempat (yang ternyata banyak sekali!) saya pernah ngambek.
Membuat saya semakin salut, mengingat ia yang menemani & menerima saya dari dulu ketika begitu banyak luka yang saya miliki, namun belum
saya sadari.

 

Posted on 05/25/2023 Home, Rabbit Hole's Article 0 31

Leave a CommentLeave a Reply

You must be logged in to post a comment.

Blog search

Latest Comments

No comments