Saat orang tua sedang bersitegang dengan anak


Ibu : maaf ya tadi ibu suaranya meninggi waktu ingetin K (nama anak).
Anak : iya. Main lego yuk
(sudah kembali riang seolah-olah tidak terjadi apa-apa).

*bermain dengan bapak, dan tidak sengaja menginjak rambut bapak*
Bapak : aww..
Anak : maaf bapak.

Saat orang tua sedang bersitegang dengan anak (anak tantrum, orang tua menangis tidak tahu harus berbuat apa, dst)..
walau suasananya intens. Namun.. dalam waktu singkat anak bisa kembali biasa & ceria kembali. Seperti tidak ada apa-apa.

Ia akan selalu kembali ke kita.
Mencari keberadaan kita.
Butuh berada di samping kita.
Dan ingin melalui hari bersama kita (dengan bermain bersama, atau bercanda tawa).

Sehingga.. (kesannya)..
apa pun yang kita lakukan.. anak akan 'lupa'.
Kita bentak, jewer, cubit, diamkan berhari-hari..
ujung-ujungnya anak akan kembali lagi ke kita.

Namun sebenarnya.. apa yang kita lakukan setelah 'konflik' terjadi..
merupakan pelajaran berharga bagi anak. Memengaruhi relasi kita dengan anak. Dan jadi salah satu fondasi anak di masa yang akan datang.

Mungkin saat usia dini..
karena kebutuhan anak pada orang tua masih begitu besar..
jadi perlakuan orang tua sekasar apa pun akan anak terima. Ia akan terus kembali pada orang tua.
Karena.. anak masih 'meminjam' otak orang tua untuk melakukan segala sesuatu. Di orang tua.. rasa nyaman itu bersarang saat anak merasakan kegelisahan, ketakutan, dan emosi negatif lainnya.

Jadi.. walau kesannya anak menerima & melupakan perlakuan tidak nyaman dari orang tua.
Sebenarnya ia ingat & rasa. Namun kebutuhan untuk berdekatan dengan orang tua secara fisik yang begitu besar..
mengalahkan rasa tidak nyaman itu.
Ia akan terus mencari orang tuanya, apa pun kondisinya.

Akan terlihat.. seiring bertambahnya usia anak (saat kebutuhan untuk berdekatan secara fisik dengan orang tua semakin berkurang)..
anak dapat menjauh (baik secara emosional maupun fisik) dengan orang tuanya.
Selain itu, jika orang tua kerap membentak & memukul anak dari dini, walau terkesan ia lupakan, namun sebenarnya ia serap & menjadi kata hatinya. Bahwa ia adalah orang yang menyusahkan, tidak dapat diatur, nakal, dst. Yang memengaruhi ia ragu untuk mengambil keputusan penting dalam hidupnya, ragu mengimprovisasi diri karena takut gagal, dst.

Sebagai orang tua.. memang tak bisa kita hindari kadang kita melakukan kekhilafan..
saat itu terjadi.. yang perlu kita lakukan adalah refleksi diri (mengevaluasi untuk meminimalisir kekeliruan di kemudian hari).
Dan berkomunikasi pada anak.. menjelaskan situasinya & meminta maaf pada anak.
Sehingga.. menjadi jelas untuk anak. Ia tidak menebak-nebak. Bahkan tidak menyalahkan diri serta melabel dirinya negatif, atas hal yang bukan kesalahannya.
Ia juga jadi belajar cara menangani suatu masalah. Belajar melihat orang lain (ketidaknyamanannya) & meminta maaf saat melakukan kesalahan.

 

Posted on 05/24/2023 Home, Rabbit Hole's Article 0 59

Leave a CommentLeave a Reply

You must be logged in to post a comment.

Blog search

Latest Comments

No comments