Anak sama dengan investasi
Jika kita menganggap
anak = investasi..
bisa jadi.. saat anak TIDAK memberikan (prestasi, uang, karier, dst)..
yang lebih baik dari yang (kita pikir) sudah kita investasikan (waktu, uang, perhatian, dst)
kita berusaha dengan berbagai macam cara..
bagaimana agar 'investasi' kita dapat untung. Dan tidak merugi.
Misalnya dengan membandingkan, menghukum, mencela anak.
Agar ia menjadi 'lebih baik'.
kamu udah disekolahin tinggi-tinggi kok cuman jadi gini aja
kamu kenapa nakal banget sih, gak kayak tetangga sebelah udah nurut, manis, juara kelas terus lagi.
Bisa jadi..
hal tersebut membuat anak 'terjebak' hidup untuk memenuhi ilusi & keinginan orang tua.
Dengan dalih 'orang tua PASTI tahu yang terbaik untuk anaknya'.
Padahal..
ketika orang tua
memahami bahwa tugas utama orang tua adalah..
memfasilitasi anak untuk mengoptimalkan potensi anak..
mengamati.. apa yang sebenarnya anak butuhkan.
Yang bisa jadi.. sangat berbeda dengan yang dibutuhkan & dipikirkan orang tua.
Yang membuat orang tua bersedia untuk belajar berbagai hal baru.
Cara berkomunikasi dengan anak, cara memenuhi kebutuhan anak, dst.
Dari situ.. tidak hanya anak yang akan memperoleh manfaat.
Justru orang tua dapat belajar banyak hal. Mengenal kembali dirinya seutuhnya. Menggali kebijaksanaan dalam kehidupan.
Dan saat orang tua memahami bahwa kita sama-sama belajar, justru anak akan mencintai & menghormati orang tua secara otentik.
Anak & orang tua dapat sama-sama mengoptimalkan dirinya, dalam perjalanan pengasuhan ini. Bukan salah satu harus 'menghidupi' yang lain (yang pada akhirnya, tujuan itu justru tidak tercapai sama sekali).