Ketika gagal jadi membuat lebih bersemangat & bertanya 'kenapa bisa berbeda?'
Anak : gak mau tidur
Ibu : oooh.. K (nama anak) gak mau tidur.
Tapi coba denger lambung K ngomong apa? K.. K.. tidur yuk.. aku ngantuk banget.
Terus kaki K ngomong apa? K aku butuh tidur nih. Biar mainnya enak
Kalau kuping? Usus? Tangan? (seraya menggendong K ke tempat tidur)
Yuk.. tidur dulu. Nanti pas bangun, main lagi.
Anak : *tidur tanpa membantah*
*saat mandi*
Anak : gak mau (pakai sabun) mukanya
Bapak : hah? Kalau gak sabunan nanti gimana kalau ada panunya?
Nanti ditanya.. K mana? K panu
Anak : panuu.. panu (senang dengar kata baru)
Bapak : iya.. gak mau kan dibilang gitu. K bersih gak panuan, kan enak. Jadi harus disabunin mukanya (sambil mencuci muka K).
Anak : hahaha.. panu.. panu.. K bersih
Baru beberapa lama punya anak toddler, namun rasanya..
sudah banyak 'jurus' yang dikeluarkan untuk
mencegah anak menolak mandi, makan, atau tidur.
Dan TEORI..
mempermudah tugas kami sebagai orang tua.
Membuat pengasuhan.. jauh lebih menyenangkan & terasa seperti 'main-main' setiap hari.
Dengan teori..
mengingatkan kami bahwa anak toddler itu.. sering mengatakan 'tidak' karena sedang mengembangkan kemandirian & ke'aku'annya.
Yang memang ia butuhkan.
Sehingga ia sering mengatakan 'tidak', bukan karena tidak suka dengan kita, menguji kesabaran kita, menentang kita, dst.
Mengetahui hal ini.. tentu membuat sabar kami diperluas & mencegah 'sumbu pendek'.
Dengan teori..
mengingatkan bahwa K baru 2 tahun ada di dunia ini.
Tentu masih banyak yang perlu ia pelajari.
Bukan ia yang mesti mengerti kami. Namun kami yang perlu mengerti dirinya. Sehingga ia dapat belajar banyak hal, dan mulai sedikit demi sedikit belajar untuk mengerti.
Mengingatkan akan hal itu..
mencegah kami dari mengeluh terus-menerus akan 'capek'.
Namun justru bersemangat mencari cara-cara baru, yang menyenangkan, dan tanpa 'ngegas' untuk mendorongnya melakukan berbagai kemandirian dasar.
Yang justru.. meminimalisirnya untuk 'berulah'.
Dan akhirnya menjadi sebuah lingkaran yang menyenangkan.
Orang tua sebisa mungkin menciptakan lingkungan yang positif.. sehingga anak tidak perlu 'berulah'.. dan orang tua pun berkurang kemungkinan stressnya karena anak minim 'berulah'.
Tentu saja..
ada saatnya lelah, kesal, tidak tahu harus berbuat apa, sudah dicoba berbagai cara namun rasanya gagal terus..
Namun, BUKAN berarti :
teorinya yang salah atau
teori TIDAK SAMA dengan prakteknya.
Namun.. ketika gagal jadi membuat lebih bersemangat & bertanya 'kenapa bisa berbeda?' dan biasanya bertemu dengan jawabannya. Seperti: prakteknya sudah tepat, namun kami orang tuanya sedang lelah. Sehingga anak 'berulah' karena sedang tidak nyaman karena merasakan emosi negatif orang tuanya.
Dan teori.. memang bukan tongkat ajaib yang dapat 'menyulap' anak menjadi baik. Namun dapat menjadi pemandu kita agar dapat menyusuri jalan pengasuhan yang lebih baik.