Membuat pernikahan kami menjadi jauh lebih baik.
Dengan 'hanya' mengubah
Perkataan : Kamu selalu aja gak pernah dengerin aku. Bikin capek!
menjadi..
Perkataan : aku sedih karena aku ngerasa gak didengerin akhir- akhir ini.
membuat pernikahan kami menjadi jauh lebih baik.
Dari hari ke hari.
Karena..
pasangan jadi lebih mau mendengarkan & mencoba berempati atas apa yang sedang kita rasakan.
Pasangan akan cenderung bisa berpikir ke arah :
'oh pasanganku sedang sedih kalau aku seperti itu.. apa yang dapat aku lakukan untuk mengatasi hal ini?'
'Oh.. pasanganku sedang merasa tidak didengarkan. Sejak kapan? Ketika sedang apa? Sehingga aku bisa introspeksi diri?'.
Karena.. nada suara & isi percakapannya 'tidak menyerang'..
pasangan akan cenderung menggunakan 'otak atas' (neo-cortex)nya..
yang memungkinkannya untuk mendengar, mengambil keputusan & langkah yang lebih bijak & matang dalam menanggapi pembicaraan ini.
Jadi.. akan lahir SOLUSI atau jalan tengah dari pembicaraan ini.
Berbeda jika kita mengatakan:
"kamu selalu gak pernah dengerin (dengan nada 'ngegas')."
Pasangan.. yang merasa dituduh.. malah akan 'sibuk' mencari pembelaan & bukan fokus pada inti dari pembicaraan.
Ia.. yang merasa 'diserang'..
akan cenderung menggunakan 'otak bawah'nya (otak reptil).
Untuk menyerang balik (ia jadi 'sibuk' berpikir saat-saat ia sudah mendengarkan kita namun tidak diapresiasi dengan baik, berpikir kesalahan- kesalahan kita yang lain).
Yang akhirnya.. jadi adu debat menyebutkan banyak-banyakan kesalahan pasangan & mengagungkan kebaikan diri (yang tentu tidak menyelesaikan persoalan).
Atau.. pasangan memilih pergi, kabur dari masalah. Karena 'malas' mendengarkan masalah yang itu lagi & lagi, namun tidak berkesudahan & tidak menemukan titik temu.
Karena kerap.. kita mengeluhkan masalah bahwa :
"kita sudah berkomunikasi dengan pasangan, tapi ia tidak mau mendengarkan"
Padahal (bisa jadi).. komunikasi yang kita lakukan kurang sesuai, sehingga.. tidak mengurai permasalahan yang dihadapi.
Karena memang.. sejatinya.. menikah adalah proses pembelajaran seumur hidup.
Yang dimulai dari kita berempati pada pasangan.
Mencoba mengerti kebutuhan pasangan.
Tidak bisa sekadar mengeluh 'aku udah begini & begitu'.
Namun lebih bertanya ke dalam diri : apakah yang sudah aku lakukan tepat? Apakah sudah sesuai dengan kebutuhan pasangan? Apakah bisa mencari jalan tengah untuk menjembatani kebutuhan pasangan & diriku (tidak hanya satu sisi saja).