Menikah itu.. kalau sudah ada calonnya (?)


Menikah itu..
kalau sudah ada calonnya (?)

Pemikiran seperti ini.. (tanpa sadar) membuat kita tidak benar-benar menyeleksi si 'calon'.

"mumpung ada yang mau"
"yang penting laku"
"daripada jadi perawan atau perjaka tua?"

Akhirnya.. ketika ada 'si calon'..
ada urgensi untuk sesegera mungkin melangkah ke jenjang pernikahan.

Tanpa benar-benar melihat ke dalam..
Tanpa bertanya ke dalam diri :
apa yang sebenarnya aku butuhkan?
Pasangan seperti apa yang aku butuhkan?
Apakah ia sosok yang tepat untuk menjadi pendamping seumur hidupku?

Kita berpikir.. ketika sudah menikah..
maka segalanya akan beres.
Semua masalah hidup akan selesai.
Tidak ada pertanyaan yang memburu- buru 'kapan nikah'.. sehingga hidup lebih tenang.. karena tugas sudah ditunaikan.
Tujuan akhirnya sudah dituntaskan.

Padahal.. menikah terburu-buru tanpa ilmu & persiapan.
Menikah.. asal capcipcup pasangan dengan dalih 'yang penting ada yang mau'.

Bisa menimbulkan masalah baru yang panjang.

Bisa membuat kita merasa pernikahan & pengasuhan anak itu..
hal yang sangat memberatkan & menyiksa.

Bisa membuat kita konflik terus-menerus dengan pasangan.. karena tidak saling memahami cara berkomunikasi dengan satu sama lain.
Bisa merasa anak kita sangat menyebalkan.. karena kita tidak belajar perkembangan anak & tidak memahami cara berbicara dengan si anak.

Sehingga..
menikahlah dengan persiapan.
menikahlah ketika sudah mengenal dirimu.
sehingga.. calon pasangan yang tepat.. yang akan datang.
Dan nantinya.. dirimu, pasanganmu, dan calon anakmu.. akan berterima kasih karena hal ini. Karena usaha yang kamu buat dari sebelum pernikahan dilangsungkan.

 

Posted on 03/07/2023 Home, Rabbit Hole's Article 0 66

Leave a CommentLeave a Reply

You must be logged in to post a comment.